Kamis, 21 Oktober 2010

Manfaat Kopi Bagi Kesehata

Kopi salah satu minuman yang popular di masyarakat Indonesia. Berbicara mengenai kopi, banyak orang yang masih berpendapat bahwa kopi tidak baik untuk kesehatan. Sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Kopi, asalkan dikonsumsi secara bijak, sebenarnya justru bermanfaat bagi kesehatan. Bukan hanya kopi, bila dikonsumsi berlebihan pasti tidak baik.
Manfaat Kopi
Menurut Harvard Women’s Health, mengkonsumsi kopi beberapa cangkir sehari dapat mengurangi risiko menghambat penurunan daya kognitif otak,diabetes tipe II, kanker usus besar , penyakit parkinson, penyakit jantung
Fungsi kognitif. Studi atas 4.197 wanita dan 2.820 pria di Perancis menunjukkan bahwa meminum setidaknya tiga cangkir kopi sehari dapat menghambat penurunan fungsi kognitif otak akibat penuaan hingga 33 persen pada wanita. Namun, manfaat yang sama tidak ditemukan pada pria. Hal ini mungkin karena wanita lebih peka terhadap kafein.
Diabetes. Dua puluh studi yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa kopi mengurangi risiko Diabetes tipe II hingga 50%. Para peneliti menduga penyebabnya adalah asam klorogenik di dalam kopi berperan memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan. Asam klorogenik juga merangsang pembentukan GLP-1, zat kimia yang meningkatkan insulin (hormon yang mengatur penyerapan gula ke dalam sel-sel). Zat lain dalam kopi yaitu trigonelin (pro vitamin B3) juga diduga membantu memperlambat penyerapan glukosa.
Kanker. Riset secara konsisten menunjukkan bahwa kopi mengurangi risiko kanker hati, kanker payudara dan kanker usus besar.
Penyakit Parkinson. Para peminum kopi memiliki risiko terkena Parkinson setengah lebih rendah dibanding mereka yang tidak minum kopi.
Penyakit jantung dan stroke. Konsumsi kopi tidak meningkatkan risiko jantung dan stroke. Sebaliknya, kopi justru sedikit mengurangi risiko stoke. Sebuah studi atas lebih dari 83.000 wanita berusia lebih dari 24 tahun menunjukkan mereka yang minum dua sampai tiga cangkir kopi sehari memiliki risiko terkena stroke 19% lebih rendah

Konversi Premium Ke Pertamax

Dalam rangka melakukan penghematan energi,pemerintah memastikan akan melakukan konversi konsumsi premium ke Pertamax dan premium oktan 90 secara bertahap. Pada tahap awal, program konversi ini akan dilakukan di wilayah JABODETABEK.
Keputusan ini dibuat karena , konsumsi premium di wilayah Jabodetabek adalah yang terbesar di seluruh Indonesia, yakni sekira 30 persen dari konsumsi premium nasional atau setara dengan 5 juta kiloliter. Dengan melambungnya harga BBM di pasar internasional seperti yang terjadi saat ini, diperkirakan subsidi yang diberikan untuk pemakaian premium per liternya setara dengan 75 persen harga BBM internasional.

Diharapkan dengan program pengalihan ini akan terjadi pergeseran penggunaan transportasi dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang bisa ikut mengurangi kemacetan di wilayah Jabodetabek. Karena itu, pemerintah memutuskan untuk kendaraan roda empat tidak boleh mengonsumsi bahan bakar yang padat subsidi, mereka harus menggunakan bahan bakar yang tidak disubsidi atau yang tingkat subsidinya sangat minim seperti premium oktan 90.

Masih menurut pemerintah dan Pertamina, secara teknis pengalihan konsumsi premium ke Pertamax ini antara lain akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) pembatasan serupa juga dilakukan untuk SPBU yang berada sepanjang jalan tol Jakarta-Bandung di mana semua SPBU tidak akan menyediakan premium- hanya Pertamax-sehingga mau tidak mau mobil pribadi yang mengisi di SPBU tersebut harus membeli Pertamax.

Dengan logika kebijakan dan implementasi sebagaimana yang kita uraikan di atas, pemerintah yakin kebijakan tersebut dalam implementasinya akan efektif mengurangi konsumsi premium di lapangan. Tetapi benarkah demikian? Teori ekonomi mikro mengatakan, ketika ada beberapa jenis barang yang punya fungsi sama dan bersifat substitusi sempurna antara satu sama lain, maka konsumen pasti mencari barang dengan harga yang lebih murah.

Kita tahu premium subsidi (Rp4.500 per liter), premium oktan 90 (Rp6.750 per liter), dan Pertamax (Rp7.500 per liter) mempunyai fungsi yang sama dan bisa saling bersubstitusi secara sempurna antara satu dengan lainnya. Dalam kondisi yang demikian, pasti para konsumen akan mencari premium subsidi sampai pada satu titik di mana ketika uang yang dikeluarkan untuk mencari premium tersebut ditambah dengan nilai beli premium sudah melebihi harga Pertamax atau premium oktan 90, barulah konsumen bersedia untuk membeli Pertamax atau premium oktan 90.

2) Difokuskan pada daerah-daerah dengan konsumsi premium yang tinggi, misalnya di jalan-jalan utama di Jakarta. Semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pada rute tersebut tidak lagi menjual premium, hanya menjual Pertamax atau premium oktan 90 sehingga tidak ada alternatif lain bagi mobil pribadi yang biasa menggunakan premium-yang melewati rute tersebut-kecuali harus membeli Pertamax atau premium oktan 90.


Agar fenomena antrean panjang kendaraan di SPBU-SPBU penyedia premium tidak menjadi guncangan sosial yang tidak diinginkan, terlebih menjelang Pemilu 2009, maka dapat diprediksi pemerintah akan dipaksa oleh fakta sosial tersebut untuk meningkatkan kembali suplai premium pada SPBU-SPBU yang berakibat jumlah premium yang dikonsumsi publik tidak berkurang seperti yang diskenariokan.

Tugas 2: Konflik Antar Individu

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Definisi konflik:
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
2. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).


Suatu kelompok terdiri atas individu-individu yang masing-masing memiliki keinginan, kepentingan dan tujuan sendiri-sendiri dan setiap individupun memiliki keinginan yang berbeda-beda. Namun secara universal setiap individu mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi agar individu tersebut mampu bertahan hidup dan berkembang biak (kebutuhan akan pangan, sandang, tempat tinggal dan seks) disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya, misalnya kebutuhan sosial (kebutuhan akan dicintai dan mencintai, berbagi, bekerja sama, berkuasa, bersenang-senang) dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
ketika menemukan tujuan yang saling bertentangan, maka orang atau kelompok akan saling bersaing (kompetisi). Disinilah terjadi konflik ketika tindakan seseorang atau kelompok dalam rangka berusaha mencapai tujuannya terhalang atau menghalangi, terhambat atau menghambat, menentang atau ditentang, mengganggu atau terganggu, menggagalkan atau digagalkan oleh tindakan orang atau kelompok lain yang juga sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan atau mencapai tujuannya. Misalnya konflik yang terjadi antara polisi dengan demonstran yang ingin masuk ke gedung DPR/MPR, dimana tujuan mahasiswa adalah untuk berorasi di dalam gedung DPR sedangkan tujuan polisi adalah menjaga gedung DPR. Atau konflik yang terjadi antara sesama calon kepala daerah yang bersaing untuk terpilih.
Meskipun banyak kendala dan tidak mudahnya mengatasi konflik antar individu ataupun antar kelompok yang dikarenakan banyaknya faktor yang mendasari (naluri agresif yang disublimasikan kedalam permusuhan terhadap out group, ketaatan kepada pimpinan, motivasi untuk berkuasa dan memperoleh kekayaan, kekeraskepalaan, kemarahan, dan perilaku-perilaku yang terkait dengan jenis kelamin) namun bukan berarti seseorang atau kelompok yang sedang bertikai tidak dapat didamaikan. Dalam eksperimennya Sherif membuktikan bahwa ada faktor-faktor yang dapat memperbaiki hubungan antara dua kelompok, yaitu; 1) Musuh bersama, dimana dua kelompok yang bertikai menciptakan musuh bersama sehingga mereka yang tadinya bertikai akan bekerja sama mengatasi ancama dari musuh yang mereka ciptakan bersama.